Belajar Dari Fenomena Politik

 🐝 *Setetes Madu*

26 Desember 2020/ 11 Jumadil Awal 1442 H



Sahabat, beberapa orang bertanya tentang fenomena politik di negeri kita, yaitu pemerintah memasukan lawan politik atau oposisinya ke dalam pemerintahannya. 

Perlu diketahui, penulis bukanlah Politikus dan tidak berafiliasi dengan partai mana pun. Penulis hanya seorang yang berusaha belajar dari fenomena kehidupan, termasuk dari keadaan negeri kita. 

Karena kata Mbahnya penulis "Orang cerdas itu orang yang bisa belajar dari kehidupan dan pengalaman orang lain."

Tentang fenomena perpolitikan yang terjadi saat ini, Alhamdulillah, semoga hadirnya para Menteri baru bisa membawa keberkahan untuk kita semua. 

Adapun terkait oposisi atau rival politik yang gabung ke pemerintahan, menjadi Menteri, kita bisa jadikan sebagai pelajaran kehidupan, yaitu : 

Pertama, Benarlah firman Allah Swt di dalam Alquran bahwa dunia ini hanya permainan dan senda gurau belaka : 

"Dan kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan senda gurau. Sedangkan negeri akhirat itu, sungguh lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Tidakkah kamu mengerti?" (QS.Al-An'am ayat 32) 

Namanya permainan, lihatlah anak-anak yang sedang bermain tembak-tembakan, perang-perangan, atau berantem-beranteman, endingnya mereka makan cilok bareng sambil tertawa. Mirip bukan dengan fenomena politik sekarang?. hehehe. 

Karenanya, mari kita sikapi fenomena politik yang terjadi dengan santai dan riang layaknya menonton para pelawak yang sedang bermain menghibur dengan senda guraunya. 

Marah, kecewa, sedih, atau bingung, tidak ada gunanya. Hanya merugikan diri sendiri, sementara mereka asik makan cilok bareng sambil tertawa. 

Begitu pun dengan fenomena yang terjadi pada diri kita, pasti ada endingnya, karena setiap permainan pasti ada akhirnya. Pemain terbaik adalah mereka yang dapat bermain dengan santai, tenang, seperti orang yang terhibur. 

Kedua, Menyukai atau tidak menyukai sesuatu hendaknya sewajarnya saja. Sebagaimana Rasulullah Saw ajarkan : 

"Cintailah orang yang kau cinta dengan sewajarnya, boleh jadi suatu hari dia menjadi orang yang kau benci. Dan bencilah kepada orang yang kau benci sewajarnya, boleh jadi suatu hari dia yang kau benci menjadi orang yang kau cinta." (HR Tirmidzi)

Mengapa harus sewajarnya ? 

Kata Rasulullah Saw "Sungguh semua hati manusia berada dalam kekuasaan Alloh yang Mahapengasih, seperti satu hati. Dia menggerakkan hati sesuai kehendak-Nya."

Artinya, kita tidak tahu suatu saat nanti orang yang kita kagumi, cintai, dan idolakan, masih seperti yang kita inginkan atau berubah haluan ke hal yang tidak kita sukai. Karenanya sukailah sesuatu sewajarnya saja, agar tidak kecewa di kemudian hari. 

Itulah dua pelajaran dari fenomena politik di negeri kita bagi yang mau mengambilnya sebagai setetes ilmu yang dapat menstimulus kepribadian diri menjadi lebih baik. 

Wallahu'alam. 

Selamat berlibur, sahabat. 

Semoga Alloh Swt senantiasa menjadikan kita orang yang pandai mengingat Alloh, bersyukur, dan menjadi hambanya yang baik.. Aamin yaa robbal alamin. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kunci Kebaikan dan Keburukan

Keyakinan yang Menyembuhkan

Indahnya Keadaan Orang Mumin